Admindo rasa prestasi atlet badminton Indonesia tidak perlu diragukan lagi ya, walaupun belakangan ini sedikit mengalami penurunan. Pernahkah kamu membayangkan berapa sih gaji mereka sebagai atlet profesional dunia? Kali ini kita akan kupas tuntas berapa gaji atlet badminton profesional. Mulai dari hadiah turnamen, sponsor, sampai pendapatan tambahan lainnya. Perlu digaris bawahi, ini merupakan estimasi dan bisa berubah berdasarkan aturan masing-masing negara, sponsor dan lain-lain. Yuk!
Gaji Atlet Badminton Itu dari Mana Saja?
Gaji atlet badminton tidak seperti pegawai kantoran yang rutin dapat slip gaji setiap bulan. Penghasilan mereka bisa datang dari berbagai arah, mulai dari hadiah turnamen, kontrak sponsor dan endorsement, gaji dari asosiasi atau klub, hingga pendapatan dari media sosial dan YouTube.
Selain itu, banyak juga yang mendapatkan uang tambahan lewat pelatihan, coaching, penjualan merchandise, atau kolaborasi dengan brand tertentu. Semua ini jadi sumber pemasukan yang saling melengkapi, tergantung seberapa aktif dan populer si atlet tersebut. Yuk kita bahas lebih lanjut!
1. Hadiah Turnamen (Prize Money)

Prize money menjadi salah satu sumber penghasilan utama bagi atlet badminton. Namun, jumlahnya sangat bervariasi tergantung pada jenis turnamen yang diikuti, seperti Super 100, Super 500, atau Super 1000, posisi mereka di ranking dunia, dan sejauh mana mereka bisa melaju dalam turnamen tersebut.
Semakin tinggi level turnamennya dan semakin baik performa si atlet, tentu semakin besar pula hadiah yang bisa dibawa pulang.
Berikut prize money berdasarkan level pertandingan dari BWF:

Perlu diketahui prize money yang tertera di atas merupakan prize money keseluruhan untuk setiap atlet. Berikut detailnya:

Catatan: Angka ini berdasarkan data tahun 2022 dari Badminton Insight.
2. Sponsor dan Endorsement

Semakin terkenal dan berprestasi seorang atlet, semakin besar juga peluang mereka untuk mendapatkan sponsor.
Dukungan ini bisa datang dari berbagai jenis brand badminton, mulai dari produsen raket seperti Yonex, Li-Ning, atau Victor, hingga merek pakaian olahraga, minuman energi, e-commerce, dan brand lifestyle lainnya.
Pemain top dunia memiliki kontrak sponsor yang nilainya bisa mencapai USD 250.000 hingga USD 500.000 per tahun, atau sekitar Rp 4 hingga 8 miliar. Namun, untuk atlet yang belum terlalu dikenal, bentuk sponsor biasanya lebih sederhana, seperti perlengkapan gratis atau uang kontrak yang jauh lebih kecil nilainya.
4. Gaji dari Asosiasi atau Klub

Atlet yang bergabung dengan tim nasional ada yang memperoleh gaji bulanan namun ada juga yang tidak. Tapi angkanya tidak selalu besar.
Kalau mereka bermain untuk klub (kayak Djarum, Jaya Raya, dan lainnya), atlet juga bisa mendapatkan gaji tambahan dan bonus dari hasil pertandingan di Liga Nasional.
5. YouTube dan Media Sosial

Beberapa atlet juga aktif di media sosial atau punya channel YouTube. Ini bisa jadi penghasilan tambahan yang lumayan!
Contohnya:
- Viktor Axelsen punya channel YouTube dengan jutaan views.
- Beberapa ganda putra top dunia juga rutin bikin konten behind-the-scenes latihan.
6. Coaching dan Bisnis Pribadi

Setelah pensiun atau saat sedang tidak aktif bertanding, banyak atlet buka kelas pelatihan, akademi, atau bahkan jadi pelatih tim nasional.
Beberapa bahkan punya bisnis pribadi seperti clothing line atau gym. Ini cara mereka menjaga penghasilan tetap stabil saat sudah tidak aktif bertanding. Salah satu atlet yang memiliki bisnis pribadi adalah Marcus Fernaldi Gideon yang memiliki Akademi dan Gor badminton tersendiri.
Bagaimana Dengan Atlet Badminton Indonesia?
Atlet Indonesia sendiri tidak memiliki gaji bulanan dari pemerintah tetapi pemain yang masih dibawah naungan PBSI dan berlatih di Pelatnas. Masih disponsori dalam segi fasilitas (kesehatan, lapangan), kebutuhan gizi, asrama, pelatih hingga uang saku bagi yang diberangkatkan turnamen.
Pemain juga bisa mendapatkan bonus jika mendapatkan hasil yang memuaskan terutama di event-event besar. Contohnya Gregoria Mariska Tunjung yang merupakan peraih medali bronze pada Olympic di Paris 2024 lalu. Diberikan bonus sebesar 1,65 Miliar Rupiah.
Tertarik Menjadi Atlet Badminton Profesional?
Meskipun karir sebagai atlet badminton sering terlihat mewah, kenyataannya tidak selalu mudah dari sisi finansial. Biaya latihan dan turnamen bisa sangat mahal, apalagi bagi mereka yang harus mandiri tanpa dukungan penuh.
Tidak ada jaminan penghasilan tetap, sementara risiko cedera selalu mengintai. Karier pun cenderung singkat, karena banyak atlet harus pensiun sebelum usia 35 tahun. Karena itulah, banyak dari mereka perlu pintar mengelola keuangan sejak dini dan mencari sumber pendapatan tambahan di luar lapangan.
Berdasarkan Badminton Insight, biaya pengeluaran mereka di tahun 2022 untuk turnamen bisa mencapai hampir $ 21.500. Pengeluaran ini mencakup tiket, hotel, makanan, transportasi dan entry fees.
Memang banyak atlet yang sukses tetapi tak sedikit juga atlet badminton yang gagal karena cedera dan kondisi tertentu lainnya. Menjadi atlet badminton juga tidak mudah karena atlet memulai karirnya dari umur yang sangat muda (4-5 tahun). Tidak semua orang mau melihat atau merasakan proses menujunya, kebanyakan orang di luar hanya melihat hasil akhirnya. Padahal kita tidak tahu apa saja yang dikorbankan untuk mencapai titik tersebut.
Beberapa informasi dari artikel ini juga didapatkan dari Badminton Insight. Untuk prize money sudah menjadi angka yang pasti. Terkait aturan pada pemerintah, itu semua kembali pada negara atlet masing-masing.
Semoga artikel ini membantu ya! Jangan lupa untuk membaca artikel badminton lainnya dari Badmindo, kamu juga boleh memberikan pendapat ataupun pengalaman badminton kamu di artikel Badmindo lainnya pada kolom komentar!
FAQ
Biasanya belum. Atlet junior dapat dukungan dari klub atau sekolah, tapi belum ada penghasilan tetap. Kecuali mereka sudah mulai ikut turnamen dan juara.
Ya, terutama atlet independen atau yang ranking-nya masih rendah. Mereka harus bayar tiket, hotel, makan, dan lain-lain sendiri.
Betul! Kalau hadiah turnamennya USD 20.000, berarti masing-masing dapet USD 10.000.
Kalau sudah di level elite, ya. Tapi banyak juga yang karirnya tidak panjang atau kurang sukses secara finansial karena cedera atau tidak konsisten.
Beberapa jadi pelatih, komentator, buka akademi, atau masuk ke bisnis. Ada juga yang kerja kantoran atau di bidang lain.
Leave a Reply