Pelatih bulutangkis tunggal putri Spanyol, Fernando Rivas, mengisahkan momen ketika Carolina Marin mengalami cedera lutut yang memaksanya mundur dari semifinal Olimpiade 2024 Paris di Porte de La Chapelle Arena, Paris, pada Minggu (4 Agustus).
Marin terlihat berada di ambang mencapai final Olimpiade keduanya. Pemain berusia 31 tahun tersebut unggul 21-14 atas He Bing Jiao pada game pertama semifinal. Bahkan, Marin sempat memimpin 10-6 di game kedua. Namun, bencana datang ketika Marin mengalami cedera lutut kanan.
Rivas mengaku sudah mengetahui bahwa Marin tidak akan bisa melanjutkan pertandingan sejak pertama kali peraih medali emas Olimpiade 2016 itu mengeluhkan rasa sakit di lututnya.
“Dia menatap saya dan berkata, ‘Lutut ini rusak.’ Itu adalah perasaan yang dia alami, dan jika dia mengatakan itu kepada saya, maka cedera lutut itu benar adanya,” ujar Rivas dikutip dari situs resmi BWF.
“Ini lebih dari sekadar olahraga. Saya telah melatih Carolina selama 16 tahun, jadi dia seperti putri saya. Saya terluka lebih dari sekadar bulutangkis. Merebut medali adalah hal yang paling tidak penting saat ini,” tambah Rivas.
Marin berusaha melanjutkan pertandingan setelah mendapatkan perawatan dari tim medis. Lutut kanannya dibalut. Namun, Marin akhirnya menyerah saat sedang unggul 10-8 dan memutuskan mundur dari laga semifinal.
Keputusan untuk mundur memupuskan harapan Marin meraih medali emas keduanya di Olimpiade. Selain itu, Marin juga dipastikan gagal meraih medali di Olimpiade Paris karena tidak dapat bertanding di laga perebutan medali perunggu melawan Gregoria Mariska Tunjung pada hari ini, Senin (5 Agustus).
“Hasil ini tidak adil baginya. Dia adalah seorang pejuang dan telah bekerja sangat keras untuk kembali ke level dunia. Dia sangat sehat, dalam kondisi prima, dan benar-benar bertekad untuk memenangkan medali emas,” ujar Rivas.
“Saya sangat bangga dengan perjalanannya, tekadnya, dan ketangguhannya. Saya yakin sekarang dia tidak merasa seperti itu, tetapi saya yakin dia akan merasa bangga pada dirinya sendiri di masa mendatang,” tambah Rivas.
Pernyataan Tim Medis Carolina Marin
Tim medis yang menangani Marin, dr. Pedro Gulien, menyatakan bahwa karir bulutangkis peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade 2016 tersebut tidak akan berakhir karena cedera ini.
“Dia akan mengatasinya, cepat atau lambat. Dia adalah seorang pemenang dan atlet hebat. Saya telah menangani banyak kasus serupa, dan ini tidak akan mengakhiri kariernya,” ujar dr. Pedro Gulien dalam wawancaranya dengan As.
“Saya memberikan usaha terbaik untuknya karena dia tahu apa yang dia hadapi dan bagaimana proses pemulihannya akan berjalan,” tambahnya.
Sempat Ajukan Medali Perunggu Bersama
Ketua Federasi Badminton Spanyol, Andoni Azurmendi, sempat mengajukan permintaan agar Carolina Marin diberikan anugerah medali perunggu. Dalam perebutan peringkat ketiga, tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung, yang menjadi lawannya.
Dengan mundurnya Marin, Gregoria dipastikan menyabet perunggu. Pebulutangkis berusia 24 tahun itu menjadi penyumbang medali pertama untuk Indonesia di Olimpiade 2024.
Permintaan Azurmendi sejalan dengan keinginan netizen Spanyol yang berharap Marin mendapatkan medali perunggu sebagai penghargaan atas perjuangannya di Olimpiade 2024. Namun, International Olympic Committee (IOC) telah menolak permintaan dari Spanyol tersebut.
“Ini adalah momen yang sangat sulit bagi Carolina dan bagi seluruh olahraga Spanyol, bukan hanya badminton. Dia hanya satu langkah lagi dari final kedua di Olimpiade dan berjuang untuk emas kedua, namun cedera membuatnya tanpa medali. Setidaknya, IOC seharusnya memberinya perunggu. Dia pantas mendapatkannya,” kata Azurmendi seperti dikabarkan oleh Marca.
Untuk kamu yang merupakan penggemar Carolina Marin, jangan kecewa dan tetap mendukung Marin di pertandingan kedepannya ya. Kita doakan yang terbaik untuk Marin agar dia bisa comeback secepatnya.
Dapatkan informasi terbaru seputar bulutangkis hanya di Badmindo.com!
Leave a Reply